Mengenal Calon Presiden Ganjar Pranowo Karir, Pekerjaan dan Asmara -->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Mengenal Calon Presiden Ganjar Pranowo Karir, Pekerjaan dan Asmara

Sabtu, 29 April 2023 | 10.09.00 WIB Last Updated 2023-04-29T04:14:08Z

Ganjar Pranowo bersama Istri/Instagram@ganjarpranowo

POJOKINSPIRA.COM -- Mendekati pesta demokrasi pemilihan umum (Pemilu) 2024, pembicaraan terkait calon presiden Republik Indonesia semakin sering terdengar. 


Nama Ganjar Pranowo menjadi salah satu tokoh yang familiar menjadi bahasan belakangan ini. Pasalnya, Politisi PDI Perjuangan ini resmi diusung menjadi calon Presiden pada Pilpres 2024. 

 


Berbagai gebrakan telah Ganjar lakukan selama masa pemerintahannya. Transportasi di Jateng dengan dibentuknya bus Trans Jateng, perluasan kawasan industri di Kendal, Batang, dan Cilacap, serta proyek lainnya. 


Tentu, sebelum berada di posisinya sekarang, Ganjar telah melalui dan mengalami banyak hal terutama dalam bidang pendidikan. 


 Perjalanan pendidikan Ganjar Pranowo Di Karanganyar, Jawa Tengah menjadi tempat seorang Ganjar Sungkawa (Ganjar Pranowo) lahir. Dia tumbuh sebagai anak kelima dari enam bersaudara. 


Saat masuk sekolah dasar (SD), orang tua Ganjar mengubah namanya menjadi "Ganjar Pranowo". Ayahnya, Parmudji Pramudi Wiryo khawatir jika masih memakai nama "Sungkowo", kehidupan Ganjar kelak bisa selalu dirundung kesedihan. 


Ganjar Pranowo mengenyam pendidikan formal pertamanya di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Tawangmangu. Namun, akibat harus mengikuti perpindahan dinas ayahnya, pada kelas 5 SD, Ganjar pindah ke SDN 1 Kutoarjo.


Kendatipun hanya setahun, tempat itu menjadi saksi peralihan Ganjar Pranowo dari anak-anak menjadi seorang remaja. Berikutnya Ganjar diterima di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Kutoarjo (kini SMPN 3 Kutoarjo). 


Saat remaja, Ganjar bersama kakaknya, Joko, membantu ibunya berjualan di toko kelontong dan bensin eceran untuk menambah pendapatan keluarga. Kemudian, Ganjar Pranowo harus berpisah dengan keluarganya untuk mengenyam pendidikan di Yogyakarta. 


Kakak tertua (Kunto) dan kakak iparnya (Ika) bantu menyekolahkannya di Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 BOPKRII, Yogyakarta. 


Pada masa putih abu-abu inilah kemampuan aktivis dan politik Ganjar Pranowo mulai diasah. 


Salah satu wujud nyatanya ialah "Klub Mberik" yang dirintisnya sebagai wadah penyambung tali persaudaraan dan sarana untuk berkreasi. Sejak SMA, Ganjar Pranowo memantapkan hati ingin masuk Fakultas Hukum (FH) Universitas Gadjah Mada (UGM). Ganjar Pranowo nekat mendaftarkan diri ke UGM dengan uang tabungannya. Hasilnya berujung manis, namanya berada di daftar mahasiswa yang diterima kampus. Sampai akhirnya pada 1987, Ganjar Pranowo masuk sebagai mahasiswa baru di Fakultas Hukum UGM. 


Melansir dari situs resmi pribadinya, saat di kampus dirinya bergabung pada organisasi paling tua di FH UGM, yaitu Mahasiswa Justicia Club atau "Majestic-55" yang bergerak aktif di bidang alam dan lingkungan. Akibat banyak anggota Majestic-55 yang aktif di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Ganjar Pranowo banyak mengobrol dan berdiskusi dengan mereka. 


Dia pun terpilih untuk memimpin Majestic-55 rentang periode 1988-1990. Sejak menjadi mahasiswa semester kedua, Ganjar ikut juga dalam aktivitas Gerakan Demokrat Kampus atau disingkat Gedek yang semakin mendekatkannya dengan dunia politik. 


Gedek memperkenalkannya dengan politisi PDI kala itu, Soetardjo Soerjogoeritno atau Mbah Tardjo. Pada masa-masa itu, Ganjar Pranowo mulai tertarik dengan isu-isu lokal hingga nasional. 



Dalam setiap gerakan yang diinisiasi oleh Ganjar dan teman-temannya, dia gencar menentang rezim otoriter Orde Baru hingga memprotes kebijakan Rektor UGM periode 1986-1990, Koesnadi Hardjasoemantri. 


Tak disangka, Majestic-55 dan Gedek menjadi langkah awalnya untuk tiba di Senayan. Tidak puas dengan gelar sarjana, Ganjar juga meraih gelar Magister (S2) di jurusan Ilmu Politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. 



Pada masa kuliah pula, Ganjar Pranowo bertemu dengan istrinya Siti Atikoh Supriyanti. Pasangan yang dipertemukan di lokasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini menikah pada 1999 yang dianugerahi satu orang anak laki-laki bernama Muhammad Zinedine Alam Ganjar. 


 Sebelum terjun ke lembaga legislatif Indonesia, Ganjar bekerja sebagai konsultan HRD PT Prakarsa pada tahun 1995-1999. 


Usai beberapa tahun bergabung dengan PDI-P pada orde baru, akhirnya dia menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi PDI-P selama dua periode. Periode 2004-2009, dia menjadi anggota Komisi IV DPR RI untuk Bidang Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, Pangan). 


Sementara periode 2009-2013, dia menjadi Wakil Ketua Komisi II DPR RI Bidang Pemerintahan Dalam Negeri, Otonomi Daerah, Aparatur Negara, Reformasi Birokrasi, Pemilu, Pertanahan Dan Reformasi Agraria. 


Ganjar Pranowo terkenal memanfaatkan media sosial (medsos) Facebook dan Twitter untuk berkomunikasi dengan rakyat selama menjadi anggota DPR RI. 


Bahkan setelahnya, Ganjar terus aktif selama beberapa periode menjadi anggota dan ketua panitia khusus (pansus) di DPR RI, anggota badan legislasi, hingga anggota serta sekretaris fraksi PDIP di MPR dan DPR RI. 


Pada 2009, dia sempat menjadi anggota Panitia Khusus (Pansus) Angket Bank Century di DPR RI. 


Disusul dengan menjadi anggota Tim Pengawas (Timwas) Bank Century selama 2010-2013. Tidak berhenti sampai di situ, Ganjar turut menjabat sebagai Ketua Pansus RUU tentang Partai Politik, MPR, DPR, DPD, dan DPRD di DPR RI mulai 2007 sampai 2009. 


Karier pria kelahiran 28 Oktober 1968 ini terus naik dengan menjadi anggota Badan Legislasi DPR RI sekaligus Sekretaris Fraksi MPR dan DPR RI sejak 2004-2010. 


Tepat sebelum menjadi gubernur, dia mengabdikan dirinya sebagai Wakil Sekretaris Fraksi PDI-P DPR RI dari 2010-2013. Puncaknya, masa ketika dia semakin dikenal sebagai Ganjar Pranowo seperti sekarang ini adalah saat mencalonkan diri dan terpilih menjadi Gubernur Jateng. 


Politisi yang ikut merampungkan UU Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta ini memutuskan untuk maju dalam ajang Pemilihan Gubernur Jawa Tengah periode 2013-2018 dengan dukungan jajaran Dewan Pimpinan Daerah PDI-P Jawa Tengah. Hasilnya, Ganjar terpilih menjadi orang nomor pertama di Jateng. 



 Beberapa kebijakan dan tindakan Ganjar sering menyita perhatian publik. Seperti pada 27 April 2014, ketika dia melakukan inspeksi mendadak di jembatan timbang Subah, Kabupaten Batang.


 Lalu terkait keputusan yang diambilnya pada kasus sengketa Semen Indonesia dengan warga Rembang dengan upaya penolakan terhadap pembangunan pabrik semen di pegunungan Kendeng telah dilakukan warga sejak 2015.


 Kemudian kredit pembiayaan dari Bank Jateng untuk UMKM yang diapresiasi oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).   Kebijakan Ganjar Pranowo lainnya yang diapresiasi, yakni membuat kartu tani. 


Di dalam kartu terdapat data identitas petani, luas lahan, jenis tanaman, dan kebutuhan pupuk.  Kini, Ganjar Pranowo menjadi Gubernur Jateng untuk periode 2018-2023 dengan perolehan suara 58.78 persen dengan 10.362.694 suara. 


Adapun Penghargaan yang diterima Ganjar Pranowo yaitu   Anugerah Pataka Paramadhana Utama Nugraha Koperasi (2013).


Kepala Daerah Inovatif untuk kategori layanan publik (2014) 


Mengatasi Bencana di Provinsi Jawa Tengah (2014) 


Anugerah Tokoh Media Radio dari Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) Jawa Tengah (2015) 


Pemprov Jateng sebagai Pemerintah Daerah dengan Tingkat Kepatuhan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) Terbaik oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (2017). 


Ganjar sering terjun langsung ke lapangan untuk membuktikan salah satu kutipan anyarnya, 


"Tuanku ya Rakyat, Gubernur cuma mandat". 


×
Berita Terbaru Update